Powered by Blogger.

Dirgahayu Indonesia ke- 63




















Perayaan 17-an di rumah
Indonesia ulang tahun yang ke-63. sudah semakin dewasa, sudah semakin tua untuk tahu bahwa Negara kita sudah merdeka. Perayaan ulang tahun Indonesia setiap tahun semarak sekali, namun memang kemeriahan terkadang hanya diisi dengan lomba-lomba yang kurang membangkitkan rasa kebangsaan, nasionalisme, dan persatuan. Tengok saja lomba-lomba yang diadakan di setiap tempat pasti tidak ketinggalan panjat pinang, lomba makan kerupuk, lomba gigit sendok, atau lomba sepak bola dengan kostm yang dbuat lucu layaknya pertunjukkan komedi. Makna perayaan hari ulang tahun itu sendiri tidak dirasakan oleh para generasi muda. Lihatlah mereka hanya tertawa-tawa atau sibuk untuk mengalahkan lawan yang sudah jelas lawan mereka itu adalah kawan sendiri atau bahkan ada saudara sendiri. Harusnya kemerihan itu ditandai dengan bangkitnya Indonesia dari keterpurukan, bangkitnya Indonesia dari kemiskinan,bangkitnya Indonesia dari rasa malu� malu untuk tidak bias menjamin kehidupan masyakatnya. Bangkit dari sikap emosional yang melanda sehingga tidak ada lagi bullying yang menghiasi headline berita di media massa.


Tahun ini perayaan ulang tahun ke- 63 RI, dirayakan dengan tasyakuran warga kompleks kami �Perumahan MeWah� pada malam tanggal 17. atau hari Sabtu malam Minggu tanggal 16 Agustus 2008 tepat setelah kami mngatakan acara Nisfu Sya�ban. Setiap keluarga menyumbangkan penganan yang sebelumnya sudah ditugaskan. Ada yang memasak urap sayuran (Kel. Pak Hardana), ada yang memasak bacem tempe dan bacem tahu (Kel. Pak Supanto), ada yang memasak ayam goreng (Kel. Pak Widodo), ada yang memasak Bebek panggang (Kel. Pak Solihin), ada yang memasak bakso (Kel. Pak Jumroni, ada yang memasak gorengan (Kel. Pak Budi),ada yang menyumbang rebusn kacang tanah (Kel. Pak Ibad), ada yang menyumbang ikan baker (kel. Pak Wasnata), ada yang menggoreng emping dan menyumbang minuman gelas (Kel. Pak Iwan) yang istrinya Ita adalah adik kandungku rumahnya persis di sebelahku. Bagaimana dengan keluargaku (Kel. Pak Surya), kami masak tumpeng yang ala kadarnya dan sedikit pisang goreng serta bakwan jagung. Tapi kami tidak mempersoalkan siapa penyumbang terbanyak, pokoknya malam itu kompleks kami bersma keluarganya dan anak-anak dapat makan bersama.
Sehabis ba�da Isya tikar dan karpet kami gelar di jalanan depan rumah kel Iwan dn Kel Jumroni tak lupa doa kami panjatkan dipimpin oleh Pak Ibad yang kami nobatkan jadi pak ustad. Doa untuk ketentraman kompleks, kesehatan warga kompleks, dan untuk kekeluargaan yang terjalin.
Makan malam bersama ternyata menyenangkan juga, walau perut sudah penuh tapi semua lahap menyantap hidangan yang tersedia. Sehabis menyantap hidangan acara bincang-bincang seru kami lakukan. Ternyata banyak manfaat yang bisa kami petik dari perayaan 17-an bersama tetangga. Mudah-mudahan doa kami terkabung dengan sedikit warga tapi damai sejahtera.
Tepat tanggal 17 Agustus anak-anak kompleks bergembira dengan lomba yang diadakan, walau sederhana namun mereka terlihat bergembira dan bersemangat. Tidak ketinggan para ibu-ibu juga turut meramaikan dengan lomba menggiring bola pakai terong yang diikat di pinggang, seru �? Pastinya. Heboh punya deh. Sayangnya saya tidak berkesempatan ikut karena harus mengunjungi si buah hati my princess di pondoknya.


Perayaan 17-an di Pondok Pesantren At Taqwa Putri


Hari ini tepat tanggal 17 Agustus 2008 putri tercintaku Natasha menerima raport dan ada perayaan 17-an juga di sekolahnya. Memang agak terlambat pembagian raportnya karena aku sudah tahu ia naik kelas, jadi sehabis upacara di sekolah (SMPN 266) aku langsung pergi ke pondok pesantren At Taqwa Putri. Bagiku kebahagian mutiaraku yang utama.

Lelah yang kurasakan sehabis upacara terbayar sudah karena putriku Natasha rangking ke-3 di kelasnya. Alhamdulillah aku panjatkan kehadirat-Nya. Doa-doaku dikabulkan-Nya. Di pondok perayaan 17-an tak kalah meriah, ada panggung untuk pertunjukkan pentas seni anak pondok. Ada story telling, pidato dalam bahasa Arab, pementasan marawis, dan Qosidah. Pertunjukkan yang heboh adalah pertunjukkan drama dengan tema �perjuangan KH. Noer Ali. Pendiri pondok pesantren At Taqwa�. Kalau ditanya seru pasti seru habis. Karena anakku Raynaldi antusias sekali, ia berdiri paling depan dekat dengan panggung. Matanya tak lelah menatap anak-anak pondok bermain drama.

Perayaan 17-an di SMPN 266


Perayaan hari ulang tahun RI di SMPN 266 dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Agustus 2008 dengan berbagai perlombaan. Lomba yang diadakan ternyata menguras kocek kas kelas. Bayangkan saja setiap kelas harus menghias kelasnya dengan semeriah-meriahnya. Bahan-bahan untuk menghias kelas pastinya diambil dari siswa di kelas. Kasihan memang, tapi itulah lomba harus ada pengorbanan. Selain menhias kelas ada lomba egrang, membuat gapura mini,PBB,membacakan teks UUD 45,Vokal Grup, dan tak ketinggalan memasukkan bola ke keranjang(Bola basket).

Sayangnya saya tidak dapat hadir karena harus mengantarkan hasil lomba anak-anak ke yayasan Sejiwa. Jadi kehebohan acara saya dengar dari cerita guru-guru.
Peringatan detik-detik proklamasi atau upacara bendera kami laksanakan pada hari Minggu, 17 agustus 2008. upacara di mulai pukul 07.00. suasana khidmat mewarnai upacara kali ini, dengan komandan upacara seorang siswi bernama Fitri kelas IX. Suaranya yang lantang menandai dimulainya upacara memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Negara ini. Pembina upacara, pastinya ibu kepala sekolah, Dra. Endang Nurhayati, M..M

Perayaan 17-an di SMA Yappenda



SMA Yappenda merayakan hari ulang tahun ke-63 RI dengan mengadakan berbagai macam lomba. Lomba dimulai pada hari Jumat, 15 Agustus 2008. pagi hari terlihat kesibukan di setiap kels untuk loma menghias kelas, segala macam pernik-pernik hiasan 17-an dirangkai membentuk hiasan yang indah di kelas. Ada juga lomba adzan di musholah.
Sabtu tanggal 16 Agustus diadakan festival band.
Sejumlah band-band dari siswa berlaga di ajang ini mempertunjukkan kebolehannya memainkan dawai gitar dan gebukan drum. Di sela-sela acara ada lomba vocal yang juga diikuti oleh siswa-siswa yang mewakili kelasnya. Suaranya? Aduh macam-macamlah. Ada yang fals, ada yang oke punya, ada yang banyak gaya.

Tapi kemeriahan acara festival dinodai dengan aksi brutal siswa-siswa yang bergoyang bagai orang kerasukan, tidak mengenal batas kesopanan. Mereka bergoyang dengan saling sikut dan saling pukul. Padahal ada sekelompok siswa SD Yappenda yang menyaksikan aksi mereka. Maka ketika bapak Kepala sekolah bernyanyi bersama bntang tamu alumni SMA Yappenda yaitu Siti Mardiah menyanyikan lagu poco-poco, saya mengajak siswa-siswa SD bergoyang poco-poco mengikuti gerakan kaki. Namun, apa lacur siswa-siswa saya yang mengaku dirinya siswa SMA ternyata tidak dapat diajarkan untuk berlaku sopan dan tertib, kalau sudah begini salah siapa?

No comments:

Post a Comment